Bunga Rampai WACANA IDENTITAS MUSLIM PRIBUMI NTT (Editor:
Philipus Tule, Fredrik Doeka, Ahmad Atang).
Harga Edisi Soft-Cover @Rp.150.000 dan Edisi
Istimewa Hard-Cover @Rp.200.000).
Secara ringkas, Bunga Rampai WACANA IDENTITAS MUSLIM PRIBUMI NTT
(dengan Editor: Philipus Tule , Fredrik Doeka dan Ahmad Atang)
mengungkapkan tekad kami sekelompok Peneliti NTT untuk menulis sejenis
narasi etnografis mengenai pelbagai komunitas Islam di Propinsi Nusa
Tenggara Timur (NTT). Namun karena keterbatasan waktu dan dana, maka
penelitian perdana ini dibatasi pada beberapa komunitas saja (Kota
Kupang, Bila di Soe, Rote, Waingapu, Alor Pantar, Lamakera di Solor,
Maundai di Keo, Pesantren Walisanga Ende dan Universitas Muhammadiyah
Kupang). Narasi ini dipresentasikan dengan menggaris-bawahi keterlibatan
dan partisipasi pribadi peneliti dan penulis (personal agency) serta
umat Muslim (social agency) di pelbagai komunitas itu. Konsep
keterlibatan dan partisipasi di sini merujuk pada suatu situasi,
sebagaimana digambarkan oleh seorang antropolog Kondo, bahwa manusia
pada prinsipnya berusaha mencipta, mengonstruksi, berkarya, dan
selanjutnya memerankan
identitas mereka, yang terkadang secara kreatif berusaha menantang
batas-batas agama dan budaya yang melingkungi, baik yang dinamakan
‘diri’ maupun ‘identitas atau cara-cara pengungkapan diri’.
Sebagai komunitas Muslim pribumi yang taqwa, mereka pun masih
menjunjung-tinggi kebudayaan setempat sebagai bagian dari identitas
mereka. Konsep
mereka tentang alam dunia (kosmologi) yang menjunjung tinggi harmoni
dengan tanah adat dan keyakinan bahwa arwah para leluhur hadir dalam
aneka monumen budaya dan rumah adat, pada tataran tertentu telah
menjembatani jurang dan malah memperkecil konflik antara pelbagai
kelompok penganut agama yang ada di NTT.
Kebanyakan penganut Islam pribumi di NTT berbangga bahwa mereka memiliki
silsilah (genealogi) formal yang satu dan sama dengan para sanak
kerabat yang Kristen sebagai basis identitas mereka, yang secara
pragmatis diciptakan dan dilanggengkan di tengah semarak perkembangan
masyarakat modern dan umat beragama yang terkadang radikal. Ideologi
tentang identitas keislaman yang sedemikian menjadikan mereka bukan saja
penghayat agama samawi yang terjewantah dalam Al-Qur’an, Hadis dan
Syariat, melainkan juga mencakup apa yang mereka lakukan dan hayati
dalam konteks sosial lokal bersama mayoritas penduduk NTT yang Kristen.
Sebagaimana dikenal dalam tradisi Islam di seantero jagat, konsep
mengenai hubungan manusia dengan Allah (Yang Ilahi) dan dengan realitas
sosial itu bersifat korelatif dan bukannya eksklusif satu sama lain. Apa
yang dihayati oleh penganut Muslim pribumi di NTT dalam ranah ubudiyah
berbarengan dengan penghargaan yang tinggi akan nilai-nilai kebudayaan
lokal menjadi bukti penjembatanan antara ‘Islam yang dicita-citakan’
(the Ideal Islam) dengan ‘Islam yang sungguh dihidupi’ (the living
Islam), yang dinamakan inkulturasi Islam.
Masyarakat NTT, baik Kristen maupun Muslim, tak boleh menutup mata
terhadap pelbagai perkembangan mutakhir dalam ranah sosial, ekonomi,
politik, kebudayaan dan bahkan isu pembaruan dan radikalisme keagamaan
seperti spirit Negara Islam Irak Siria (NIIS), yang secara barbaris
menghabisi sesama umat yang berbeda paham dengan mereka; atau pun usaha
penolakan oleh Front Pembela Islam (FPI) terhadap pelantikan Ir. Basuki
Tjahaja Purnama
(Ahok) sebagai Gubernur Daerah Khusus Istimewa Jakarta. Sebaliknya,
masyarakat NTT hendaknya senantiasa waspada terhadap pelbagai gerakan
keagamaan yang radikal dan cenderung mengafirkan kebudayaan lokal. Umat
beragama di NTT harus tetap mendaya-gunakan inteleknya (berijtihad)
agar senantiasa tercipta keharmonisan antara dar al-Islam (rumah Islam)
dan dar al-thaqafa (rumah kebudayaan), sampai pada taraf keikhlasan
sejati dari mayoritas Kristen untuk menerima seorang tokoh muda yang
Muslim, Drs. Anwar Puageno sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tingkat I Propinsi NTT.
Sebagai satu penelitian perdana tentu masih ada banyak komunitas Islam
dan khasanah agama serta kebudayaan yang belum terrekam, bahkan ada yang
telah direkam namun belum dirumuskan secara lengkap dalam bunga rampai
ini. Oleh sebab itu, apa yang masih kurang akan menjadi proyek lanjutan
kami ke depan.
Sampaikan salam persaudaraan dalam ALLAH buat rekan-rekan ASAKKIA.
By. P. Philipus Tule